SEJUMPUT CERITA 38.880 MENIT: KISAH SINGKAT KENANGAN MEMIKAT

Sejumput Cerita 38.880 Menit adalah karya cerita yang merangkai potongan-potongan waktu menjadi kisah-kisah penuh makna. Setiap cerita mengajak pembaca menyusuri lorong kenangan, menghadirkan kembali momen-momen yang mungkin telah lama berlalu namun masih tertinggal di hati. Buku ini terbagi dalam beberapa bagian, masing-masing membawa pembaca pada perjalanan emosional tentang keluarga, kehilangan, dan pengharapan. Cerita pembuka, "Tik-Tok di Jam Tua", menjadi simbol waktu yang terus berdetak, mengantarkan kisah tentang rumah nenek, rahasia masa lalu, dan momen terakhir bersama ayah. Dalam bagian ini, waktu menjadi saksi bisu dari luka yang perlahan disembuhkan oleh kenangan. "Surat dari 1985" membawa pembaca pada misteri dan haru lewat sepucuk surat yang terlambat sampai, membuka lembar baru dalam hidup tokoh utamanya. Sementara itu, "Hujan di Persimpangan Kota" memotret kesendirian dan refleksi diri di tengah keramaian yang diam. Dalam "Kamera Polaroid di Hari Minggu", kenangan visual menjadi medium untuk menyatukan kembali masa lalu dan masa kini. Dan kisah penutup, "Tiga Puluh Detik untuk Selamanya", adalah pelajaran mendalam tentang ketahanan, cinta, dan makna hidup yang kadang hanya tersisa dalam hitungan detik. Melalui bahasa yang sederhana namun menyentuh, buku ini menjadi pengingat bahwa setiap menit dalam hidup menyimpan cerita, dan dalam kenangan, kita menemukan jati diri.